4 Perspektif Dari Kemiskinan yang jarang diketahui

Kemiskinan merupakan masalah ekonomi, sosial, politik, dan budaya. Dalam usaha mengurangi dan mengentaskan kemiskinan, memerlukan keterlibatan dari berbagai pihak yaitu, pemerintah, perusahaan, agen pembangunan, lembaga pendidikan, dan masyarakat. Pandangan mengenai keterlibatan dari berbagai pihak tersebut, menjadi dominan terhadap peran pemerintah dalam mengembangkan regulasi dan lembaga pendidikan dalam menyebarluaskan informasi dan pengetahuan yang diberikan.

4 Perspektif Dari Kemiskinan yang jarang diketahui

Kemiskinan dapat ditinjau dari berbagai perspektif, yaitu perspektif ekonomi, budaya, sosial, maupun dalam bidang psikologi. Gambaran mengenai kemiskinan dapat mencangkup kekurangan materi, seperti pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Gambaran tentang kebutuhan sosial misalnya, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Dari berbagai perspektif yang mucul mengenai kemiskinan, seseorang harus memahami dan melakukan perubahan serius untuk menjauhi berbagai segi kekurangan dalam hidupnya. Berikut berbagai perspektif kemiskinan yang ditinjau dari segi ekonomi, budaya, sosial, dan psikologi;

1.Perspektif Ekonomi


Ekonom melihat kemiskinan sebagai suatu kondisi ketidakcukupan penghasilan terhadap standar kehidupannya. Kemisikinan menjadi perhitungan mutlak apabila seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan fisik minimumnya. Perspektif ekonomi menekankan ukuran uang dalam menentukan tingkat kemiskinan sehingga cenderung mengabaikan aspek lain, seperti, aspek sosial dan budaya. Secara relatif, setiap negara memiliki kriteria yang berbeda-beda dalam menentukan apakah seseorang berada di atas atau di bawah garis kemiskinan. Badan Penelitian Statistik (BPS) di Indonesia menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.

2.Perspektif Budaya


Dari perspektif budaya, kemiskinan terkait erat dengan cara hidup dan cara berfikir yang ditandai dengan sikap atau perilaku. Pola hidup dan cara berfikir dalam fase kemiskinan berdampak pada perkembangan yang lamban secara individu atau garis keluarga. Perlu menjadi perhatian, karena hal tersebut dapat diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pada tingkat individu, budaya miskin ditandai dengan rasa marjinal, tidak berdaya, tergantung, inferior, dan fatalistik. Perasaan tersebut membuat individu mudah menyerah dalam usahanya mengatasi kesulitan dan sangat minim keyakinan untuk mencapai kesuksesan. Individu cenderung melarikan diri dari masalah melalui konsumsi minuman keras, obat-obat adiktif, dan tindak kekerasan. Pada tingkat keluarga, budaya miskin ditandai dengan pengabaian pada keluarga, penelantaran anak dan istri, dan kecenderungan munculnya orang tua tunggal (ibu dan anak).

3.Perspektif Sosiologi


Perspektif sosiologi dipandang dari aspek penting dalam meneguhkan eksistensi seseorang. Perhatian mengenai hal ini adalah sikap konsumsi terhadap identitas individu. Konsumen sering kali berupaya meneguhkan eksistensinya dan membangun citra dirinya melalui konsumsi produk yang sebenarnya bukan kebutuhan atau prioritas utama. Misalnya, membeli aksesoris baru daripada makanan bergizi untuk keluarga. Perilaku tersebut dapat terjadi baik pada konsumen yang mampu maupun konsumen miskin, namun dampak perilaku tersebut pada konsumen miskin akan sangat buruk karena akan semaikn “memiskinkan” mereka.

4.Perspektif Psikologi


Kemiskinan dapat berdampak secara psikologis, yaitu depresi mental. Depresi mental dapat berpengaruh buruk pada intelektual, motivasi, emosi, dan penalaran, dan motif perilaku seseorang. Depresi mental menimbulkan perasaan tak terpuaskan dari berbagai kebutuhan primer dan sekunder, tidak dibutuhkan, dan tidak percaya diri. Sehingga, dari berbagai perspektif kemiskinan di atas dapat disimpulkan bahwa individu yang berada di garis kemiskinan cenderung mudah terpengaruh dan rentan terhadap upaya eksploitasi, terutma secara mental.

0 Response to "4 Perspektif Dari Kemiskinan yang jarang diketahui"

Posting Komentar